Kesehatan Dan Gizi |
HAKIKAT KESEHATAN DAN GIZI
Kesehatan dan Gizi pada Anak
Usia TK
Kesehatan dan gizi dapat
diartikan sebagai suatu hal yang mendatangkan sehat atau kebaikan dengan
diberikan zat makanan yang dibutuhkan tubuh. Dalam memberikan makanan bayi ASI
merupakan makanan utama, sedang lainnya sebagai makanan pelengkap. Anak usia 1
– 3 tahun sangat rentan terhadap penyakit gizi. Mereka boleh diajari makan
sendiri, dengan cara mencicipi makanan yang lunak, tidak pedas dan tidak
merangsang. Pemberian makanan manis pada anak usia dini tidak boleh terlalu
banyak supaya tidak terjadi karies (gigi berlubang), oleh karena itu anak perlu
belajar menggosok gigi. Pada usia 4 – 6 tahun kebutuhan nutrient anak relatif
kurang, sebab anak sudah bisa memilih makanan sendiri, untuk itu pengertian
tentang nilai tentang gizi boleh diajarkan.
Kesehatan dan gizi anak sangat
penting untuk diperhatikan sejak dini mulai dari dalam kandungan. Kesehatan dan
gizi itu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang
mendapat gizi yang seimbang dan sehat akan tumbuh menjadi manusia yang
berkualitas. Sejak anak masih dalam kandungan kesehatan dan gizi perlu
diperhatikan, melalui ibunya. Cara mengusahakannya, antara lain dengan
memberikan kebiasaan untuk berdisiplin.
Kesehatan, Gizi dan
Pengembangan Potensi Anak
Potensi anak dapat dikembangkan
jika anak sehat secara fisik maupun mentalnya. Perawatan kesehatan pada anak
usia dini dapat diawali dari pemberian makanan yang sehat dan menjaga
kebersihan. Pemberian makanan yang sehat dapat menjaga kesehatan, mendidik anak
untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat. Makanan yang diberikan kepada anak
harus sesuai dengan kebutuhan gizi dan kebutuhan anak. Anak yang alergi
terhadap makanan tertentu berikan makanan pengganti untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Pengembangan potensi anak secara menyeluruh dapat dilakukan melalui
stimulasi yang cukup. Stimulasi dini perlu dilakukan sejak bayi lahir, bahkan
sejak dalam kandungan. Rangsangan dilakukan setiap hari pada semua sistem indra,
gerak kasar dan halus, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang
menyenangkan, serta pikiran bayi dan Balita. Stimulasi sebaiknya dilakukan
terus-menerus saat berinteraksi dengan bayi atau Balita dan dilakukan dalam
suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang.
Macam-macam Zat Makanan
Menurut Sediaoetama (2000)
fungsi zat gizi sebagai sumber energi atau tenaga, menyokong pertumbuhan badan,
memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam
cairan tubuh (keseimbangan air, asam basa, dan mineral), serta mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Ada berbagai jenis zat makanan
yang dibutuhkan tubuh di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral-mineral.
POLA HIDUP SEHAT
Pola Dasar Makanan Sehat
Pola dasar makanan sehat
sebaiknya diterapkan sejak nol tahun hingga anak mampu memilih jenis makanan
yang sehat. Air susu ibu (ASI) merupakan salah satu jenis makanan sehat. Bayi
dapat diberikan susu formula atau bubur halus setelah berusia empat bulan atau
diberikan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya. Selanjutnya, setelah usia
6 bulan dapat diberikan nasi tim. Tim yang diberikan sebaiknya diolah dengan
memanfaatkan berbagai jenis makanan. Mulai dari sumber protein hewani dan nabati,
sumber karbohidrat, dan berbagai jenis sayuran. Sejak berusia enam bulan
sebaiknya bayi mulai diperkenalkan berbagai makanan untuk melatih indra
pengecapnya. Dengan diberikan berbagai jenis makanan secara bergantian maka
anak akan mengenal berbagai macam rasa makanan. Untuk dapat menentukan makanan
yang tepat, orang tua perlu mengetahui kondisi anak. Seorang anak usia TK
sedang mengalami masa tumbuh kembang yang amat pesat. Pada masa ini proses
perubahan fisik, emosi, dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri maupun lingkungannya.
Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan
besar untuk kehidupan anak tersebut. Seorang anak juga dapat mengalami
defisiensi zat gizi yang berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental.
Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan anak. Jika
menyusun hidangan untuk anak, perlu diperhatikan kebutuhan zat gizi untuk hidup
sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh kesehatan dan
kecerdasan anak.
Tingkat Kesehatan dan Gizi
Kesehatan gizi masyarakat
tergantung pada tingkat konsumsi makanan. Tingkat konsumsi makanan ditentukan
oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Susunan hidangan harus memenuhi
kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya. Konsumsi yang
kurang baik kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan
dan gizi yang tidak seimbang sehingga akan muncul berbagai penyakit, di
antaranya penyakit gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang, penyakit
metabolik bawaan, dan penyakit keracunan makanan.
Anak Balita pada umumnya
merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.
Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode transisi dari makanan bayi ke
makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan
pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain, dan belum mampu mengurus
dirinya sendiri dengan baik terutama dalam hal makanan.
Masalah Gizi Masyarakat
Masalah gizi sekarang ini
berkembang pada masyarakat Indonesia, terutama di daerah-daerah yang terjadi
konflik maupun daerah yang terkena bencana alam. Penanganan masalah gizi
masyarakat sebaiknya dilakukan dengan cepat dan menyeluruh di semua lapisan
masyarakat, sebab hal tersebut akan berpengaruh ke dalam kondisi jangka
panjang. Gejala klinis gizi kurang adalah akibat ketidakseimbangan yang lama
antara manusia dan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup ini mencakup
lingkungan alam, biologis, sosial budaya maupun ekonomi.
Secara nasional ada empat
masalah gizi utama di Indonesia, yaitu kurang kalori dan protein (KKP),
kekurangan vitamin A, kekurangan garam besi dan anemia gizi, dan gondok
endemik. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan tujuan diagnostik, yaitu identifikasi
gejala klinis penyakit sebagai dasar usaha penyembuhan (terapi).
Di luar aspek medik,
klasifikasi masalah gizi adalah masalah gizi yang diakibatkan oleh kemiskinan,
sosial budaya, kurangnya pengetahuan dan pengertian, pengadaan dan distribusi pangan,
serta bencana alam.
KESEHATAN ANAK
Ciri-ciri Anak Sehat
Menurut Departemen Kesehatan RI
(1993) ciri anak sehat adalah tumbuh dengan baik, tingkat perkembangannya
sesuai dengan tingkat umurnya, tampak aktif/gesit dan gembira, mata bersih dan
bersinar, nafsu makan baik, bibir dan lidah tampak segar, pernapasan tidak
berbau, kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Sedangkan gambaran anak sehat
jika dilihat dari tingkat inteligensinya (IQ), menurut Sumadi Suryabrata, 1984
dapat dibagi menjadi 9 kategori sebagai berikut.
Lebih dari 140 : genius
Antara 120-139 : veri superior
Antara 110-119 : superior
Antara 90-109 : normal,
rata-rata
Antara 80-89 : sub-normal,
bodoh
Antara 70-79 : garis batas
Antara 50-69 : debil (masih
dapat dididik dan dilatih)
Antara 30-49 : embecil (tidak
dapat dididik)
Kurang dari 30 : idiot (tidak
dapat dididik dan dilatih)
Kesehatan jiwa adalah kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal
dari seseorang. Perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Kegiatan Belajar 2
Gangguan Kesehatan Anak
Ada beberapa jenis gangguan
yang sering terjadi pada anak di antaranya berikut ini.
Makanan kurang atau kelebihan
Kekurangan zat makanan disebut
defisiensi dan mengakibatkan tidak sehat bahkan sakit, kelebihan menyebabkan
berbagai penyakit. Kekurangan umumnya mencakup protein dan karbohidrat, serta
vitamin dan mineral, sedangkan kelebihan umumnya berkaitan dengan konsumsi
lemak, protein, dan gula.
Gangguan psikis
Beberapa gangguan psikis pada
anak adalah gangguan emosi, belajar, sosial, psikiatri, dan khusus.
Gangguan sosial
Gangguan sosial terjadi karena
tidak adanya keseimbangan diri dengan lingkungan di sekitarnya.
Gangguan psikiatri yang timbul
akibat faktor psikososial
Beberapa gangguan psikiatri
yang dapat terjadi pada anak adalah gangguan dalam hubungan dengan orang tua,
gangguan dalam diri anak. Gangguan ini terjadi pada anak yang memiliki kekurangan
atau cacat. Gangguan dalam interaksi sosial, seperti anak bergaul dengan
keluarga dan orang lain di luar keluarganya. Selain beberapa gangguan yang
terjadi pada anak, juga sering muncul beberapa penyakit yang berkaitan dengan
kondisi fisiknya. Ada beberapa penyakit anak yang sering menyerang sehingga
perlu dicegah. Penyakit anak itu, antara lain cacar air, demam berdarah, polio,
mengompol, disentri. Ada beberapa gejala yang timbul pada anak yang sakit di
antaranya pilek, suara serak, selera makan berkurang, muntah, kejang, dan
nyeri.
Upaya Pemeliharaan Kesehatan
Anak
Pengertian kesehatan anak
mencakup kesehatan badan atau pribadi dan lingkungan. Ciri anak sehat dapat
dilihat dari segi fisik dan tingkah lakunya.
Berbagai penyakit dapat
diperoleh anak. Masing-masing penyakit memiliki ciri dan akibatnya. Gejala
penyakit anak ini perlu diketahui guru agar dapat memantau dan memberikan
informasi kepada orang tua dalam rangka membantu orang tua untuk pelayanan
kesehatan anak. Guru perlu menjelaskan kepada anak mengenai berbagai
pemeliharaan kesehatan, yaitu pemeliharaan kesehatan lingkungan, mata, telinga,
kulit, gigi, dan jasmani.
Untuk memudahkan guru dalam
pemeliharaan kesehatan anak, dibuat daftar mengenai penyakit, imunisasi, dan
kesehatan anak.
TUMBUH KEMBANG ANAK
Tanda-tanda, Proses, dan Aspek
Tumbuh Kembang Anak
Perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan menurut Achmad Djaeni Sediaoetama, pertumbuhan adalah bertambahnya
materi tubuh, sedangkan perkembangan merupakan kemajuan fungsi atau kapasitas
fisiologis badan atau organ badan. Pertumbuhan ditandai dengan berat badan,
sedangkan perkembangan ditandai pertambahan kemampuan. Karakteristik
pertumbuhan pada anak TK dapat dikelompokkan atas usia 3 – 4 tahun, usia 4 – 5
tahun, 5 – 6 tahun, yang mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik
serta emosional anak. Perkembangan adalah bertambah besarnya ukuran-ukuran
antropometrik dan gejala/tanda lain pada rambut, gigi-geligi, otot, kulit serta
jaringan lemak, darah. Dalam kehidupan sehari-hari pengukuran pertumbuhan
adalah berat badan, tinggi (panjang) badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan
atas, dan lipatan kulit.
Ada empat aspek tumbuh kembang
yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak, yaitu perkembangan
kemampuan gerak dasar, perkembangan gerak halus, perkembangan kemampuan bicara,
dan perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri. Perkembangan yang dialami anak
merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke
tahap perkembangan berikutnya.
Proses pertumbuhan yang
ditandai oleh semakin besarnya ukuran tubuh (berat, tinggi badan, dan lingkaran
lengan atas) dan proses perkembangan yang ditandai oleh semakin bertambahnya
kemampuan anak (koordinasi gerakan, bicara, kecerdasan, dan pengendalian perasaan
interaksi dengan orang lain). Ada beberapa alat untuk melakukan deteksi dini,
yaitu tes skrining yang telah distandarisasi untuk menjaring anak yang
mempunyai kelainan dari mereka yang normal, seperti berat badan menurut tinggi,
pengukuran lingkar kepala anak, kuesioner pra-skrining perkembangan, kuesioner
perilaku anak pra-sekolah, tes daya lihat dan tes kesehatan mata bagi anak
pra-sekolah, serta tes daya dengar anak. Ada tiga hal yang dapat dilakukan
pihak sekolah dalam memantau tumbuh kembang anak, yaitu pemantauan pertumbuhan
anak, pemantauan perkembangan anak, dan pembinaan perkembangan anak.
Permasalahan Tumbuh Kembang
Anak
Ada dua faktor yang
mempengaruhi proses tumbuh kembang seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu
sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh. Faktor luar, yaitu
faktor-faktor yang ada di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup
lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik anak. Faktor luar tersebut di
antaranya keluarga, gizi, budaya, serta teman bermain dan sekolah.
Masalah tumbuh kembang anak
sendiri dapat diklasifikasikan menjadi gangguan fisik dan gangguan psikiatrik.
Gangguan psikiatrik terdiri dari retardasi mental (kondisi ini ditandai oleh
tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata), gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan
anak untuk memusatkan perhatiannya yang timbul pada lebih dari satu situasi),
gangguan tingkah laku (pada anak yang mengalami gangguan ini sering kali
dikatakan sebagai anak nakal, sulit diatur, suka melawan, sering membolos dan
berperilaku antisosial), gangguan depresi, masalah kesulitan belajar (gangguan
perkembangan wicara dan berbahasa, gangguan kemampuan akademik, gangguan
menulis ekspresif, dan gangguan berhitung).
MASALAH GIZI PADA ANAK
Penyakit Defisiensi Gizi
Penyakit-penyakit gizi di
Indonesia tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi. Penyakit gizi lebih
(overnutrition) dan keragaman pangan (food intoxication) adalah:
penyakit kekurangan kalori dan
protein,
penyakit defisiensi vitamin A,
penyakit defisiensi yodium
(Iodine deficiency deseases/ IDD), dan
penyakit anemia defisiensi zat
besi (Fe).
Defisiensi yodium juga
mengakibatkan gambaran klinik lain, selain goiter endemik disebut Iodine
Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis IDD, yaitu sebagai berikut.
Gondok endemik.
Hambatan pertumbuhan fisik dan
mental disebut cretinism.
hambatan neuromotor.
kondisi tuli disertai bisu
(deaf mutism).
Permasalahan Gizi dan Kehidupan
Anak
Melalui makanan, manusia
mendapat zat makanan atau zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
hidup, tumbuh, dan berkembang. Ada berbagai zat gizi yang amat mempengaruhi
kondisi kesehatan manusia. Besar pengaruh ini tampak jelas apabila konsumsi zat
gizi tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh seseorang dalam hal kuantitas maupun
kualitasnya, lebih maupun kurang. Masalah kesehatan gizi dapat timbul dalam.
bentuk penyakit dalam berbagai tingkat sesuai kekurangan atau kelebihan zat
gizi yang dikonsumsi. Pada umumnya masyarakat di Indonesia mengalami penyakit
gizi kurang pada berbagai golongan masyarakat terutama golongan anak yang
berada pada masa peka akan kecukupan zat gizi bagi tumbuh kembangnya.
Penyakit defisiensi gizi
mencakup defisiensi kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, defisiensi
yodium, dan defisiensi zat besi. Untuk seorang anak, masalah kesehatan gizi,
yaitu defisiensi zat gizi dapat berakibat panjang, seperti berkaitan dengan
kesehatan anak, penyakit infeksi, dan kecerdasan anak.
MAKANAN BERGIZI
Komposisi Bahan Makanan
Bahan makanan untuk susunan
hidangan di Indonesia terdiri atas 5 kelompok, yaitu sebagai berikut.
Bahan makanan pokok, yang
dikenal dari makanan yang dihidangkan pada waktu makan pagi, siang atau malam.
Bahan makanan lauk-pauk, dalam
pola makan orang Indonesia berfungsi sebagai teman makanan pokok yang
memberikan rasa enak merupakan sumber zat gizi protein dalam menu makanan
sehari-hari.
Bahan makanan sayuran sebagai
teman makanan pokok, pemberi serat dalam hidangan, serta pembasah karena
umumnya dimasak berkuah.
Bahan makanan buah-buahan
merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dimakan kapan saja.
Umumnya dipilih buah yang sudah ranum (masak/tua) dengan rasa manis dan dimakan
mentah. Dapat juga buah-buahan ini diolah atau diawetkan.
Susu dan telur merupakan bahan
makanan yang khusus karena kandungan zat gizi dan fungsinya terutama untuk
golongan masyarakat tertentu.
Bahan Makanan dan Penukar
Menu adalah susunan hidangan
sekali makan yang secara keseluruhan harmonis dan saling melengkapi untuk
kebutuhan makan seseorang.
Dalam menyusun menu hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
kombinasi rasa, yaitu asin,
manis, asam, pahit, pedas jika disukai.
kombinasi warna hidangan, yaitu
sayur-mayur dan buah-buahan.
variasi bentuk potongan.
variasi kering atau berkuah.
variasi teknik pengolahan.
Menu gizi seimbang terdiri dari
(a) makanan pokok, (b) lauk-pauk, (c) sayur-mayur, dan (d) buah-buahan.
Kecukupan gizi ini tergantung pada beberapa hal, yaitu umur, jenis kelamin,
aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil, menyusui.
Perlu dibedakan RDA dengan kebutuhan gizi atau requirement yang menggambarkan
kebutuhan zat gizi minimal individu berkaitan dengan. berbagai faktor.
Menu yang dihidangkan
disesuaikan dengan kesempatan dan waktu makan. Menu untuk makan pagi, siang
maupun alam sebaiknya dibedakan. Menu untuk hidangan acara tertentu disesuaikan
dengan jenis acaranya. Makanan selingan berguna sebagai penambah zat gizi,
terutama kalori maupun zat gizi lainnya yang kurang diperoleh pada waktu makan
yang ada.
Pengolahan Makanan terdiri
dari:
Pencucian dan Penyiangan Bahan
Makanan
Pencucian bahan makanan perlu
dilakukan karena ada bahan makanan yang berasal dari dalam tanah. Bahan makanan
nabati pada umumnya perlu dibersihkan dari bagian-bagian yang tidak dapat
dimakan. Bahan makanan lain yang disiangi adalah ikan.
Pemotongan Bahan Makanan
Pemotongan bahan makanan
bertujuan untuk memudahkan makanan masuk ke dalam mulut dan mengunyah. Makanan
untuk manusia lanjut usia (Manula) perlu lebih diperkecil potongannya bahkan
kalau perlu dihaluskan.
Proses Pengolahan atau
Pemasakan
Umumnya pengolahan dilakukan
dengan mempergunakan panas, baik panas langsung.
Pengaruh Pengolahan pada
Makanan
pecahnya dinding sel.
melemahkan dan mematikan
mikroba.
mengubah berbagai zat gizi
secara positif dan negatif.
pemanasan yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan zat karsinogen.
panas dapat meniadakan zat-zat
toksik.
Penyusunan menu hendaknya
memperhatikan variasi hidangan, yaitu unsur bahan makanan, warna, rasa dari
hidangan yang membentuk susunan menu tersebut.
MAKANAN SEHAT UNTUK USIA DINI
Pola Makanan pada Anak
Makan dapat dijadikan media
untuk mendidik anak agar dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik,
juga untuk menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu. Pengertian pola
makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Karjati (1985) adalah berbagai informasi
yang memberikan gambaran berbagai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kebiasaan,
kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, dan lingkungan alam. Fungsi makanan
selain untuk kekuatan/ pertumbuhan, memenuhi rasa lapar, dan selera, juga dapat
dijadikan sebagai lambang kemakmuran, kekuasaan, ketentraman dan persahabatan.
Beberapa daerah di Indonesia
memiliki jenis makanan pokok yang berbeda di antaranya masakan beras maupun
jagung dalam makanan sehari-hari terdapat di Jawa bagian tengah ke timur,
Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. Sagu merupakan makanan utama penduduk di
Indonesia bagian tengah dan barat. Jenis umbi didapatkan di semua bagian
Indonesia dengan jumlah konsumsi masing-masing yang cukup tinggi. Peranan
tepung gandum (terigu) sebagai bahan makanan utama belum sebesar jenis serealia
dan umbi. Menurut Hertog dan Van Stavensen dalam Khumaidi (1994) fungsi sosial
makanan mengandung enam unsur, yaitu memenuhi kesenangannya, makanan sebagai
arti budaya, makanan sebagai fungsi religi dan magis, makanan sebagai fungsi
komunikasi, makanan sebagai fungsi menyatakan status ekonomi, dan makanan
sebagai fungsi kekuasaan.
Koentjaraningrat (1984)
menyatakan bahwa kebiasaan makan individu, keluarga, dan masyarakat dipengaruhi
oleh (1) faktor perilaku, (2) faktor lingkungan sosial, (3) faktor lingkungan
ekonomi, (4) faktor lingkungan ekologi, (5) faktor ketersediaan bahan makanan,
dan (6) faktor perkembangan teknologi.
Penyebab kesulitan makan anak,
menurut Palmer dan Horn yang dikemukakan oleh Samsudin (1985), antara lain
adalah kelainan neuro-motorik, kelainan congenital, kelainan gigi-geligi,
penyakit infeksi akut dan menahun, defisiensi nutrien, dan psikologik.
Pendidikan Gizi Anak
Penyelenggaraan makan anak TK
di sekolah memiliki kekhasan sendiri karena anak selain makan juga belajar
mengenal makanan, menyukainya, memakai alat, dan cara makan. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan khususnya kebersihan dan kandungan gizi makanan
tersebut. Ada empat tahap dalam penyelenggaraan makan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian. Siklus ini berjalan baik apabila benar-benar
dilakukan dan akan meningkatkan pelayanan sekolah untuk anak TK.
Pendidikan gizi sebaiknya
dilakukan oleh segenap sekolah
Pendidikan gizi merupakan suatu
bidang pengetahuan yang memungkinkan seseorang memilih dan mempertahankan pola
makan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu gizi. Hal-hal yang perlu diketahui oleh
masyarakat adalah sebagai berikut.
Penggunaan makanan oleh tubuh.
Pengaruh dari aktivitas dan
kondisi fisik Kebutuhan gizi seseorang.
Kalori dan kandungan gizi
berbagai bahan makanan.
Pengelompokan bahan makanan.
Pemilihan makanan secara
ekonomis dan berkualitas.
Penyimpanan dan pengolahan
makanan.
Sumber informasi mengenai
makanan dan gizi.
Pendidikan gizi anak
Untuk lingkup sekolah maka
pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk mengarahkan kepada pembiasaan dan
cara makan yang lebih baik. Maksudnya adalah sebagai sarana mempengaruhi
perilaku anak sehingga dapat menerapkan pengetahuan gizi dalam kebiasaan makan
sehari-hari. Pendekatan Pendidikan Gizi dapat dibagi atas pendekatan individu
dan pendekatan kelompok. Pendidikan gizi di TK memiliki tujuan sebagai berikut.
Anak mengetahui perbedaan dan
dapat memilih antara makanan sehat dan tidak bergizi.
Anak mengetahui kebutuhan
tubuhnya.
Anak mengetahui dan mampu
melakukan tata cara makan yang benar.
Anak mampu berperilaku sesuai
dengan lingkungannya. Pemberian pengetahuan dapat dilakukan guru melalui
pengajaran di sekolah. Pembinaan sikap adalah dengan memberikan pengertian yang
jelas, dapat diterima anak.
PENDIDIKAN KESEHATAN
Pembahasan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Perilaku hidup sehat seorang
anak terbentuk dari lingkungan sekolah, rumah, dan lingkungan sekitar. Anak
hidup dalam lingkungan dengan berbagai benda dan alat di sekelilingnya. Anak
usia TK sering kali belum dapat bergerak dengan mantap, suka melompat, berlari,
meniru, dan sering kali memiliki rasa ingin tahu yang amat besar mengenai
benda-benda yang ada di sekelilingnya.
Kondisi seorang anak TK
memiliki beberapa kelemahan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Seorang anak TK masih belajar mengenal berbagai benda yang ada, bentuk maupun
fungsinya. Banyak benda dan kondisi lingkungan yang membahayakan anak. Oleh
karena itu, anak perlu diberi tahu mengenai bahaya yang ada dan cara menjaga
keselamatan dirinya, di samping diawasi dan dijaga. Melalui pendidikan
kesehatan di TK, seorang anak diberikan pengetahuan mengenai penjagaan
keselamatannya dari bahaya yang kemungkinan ada pada lingkungan dan benda
tertentu. Hak-hak anak dinyatakan dalam Bab II, Pasal 2 UU RI No. 4 Tahun 1979
yang menyatakan bahwa anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup
yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan
wajar.
Peningkatan Kemampuan Guru dan
Membina Kesehatan Anak
Guru harus memiliki pengetahuan
tentang pembinaan hidup sehat agar dapat membina kesehatan anak. Pembinaan
tersebut dimulai dari perkembangan, kebutuhan sampai pada bagaimana membina
anak secara tepat sehingga bertujuan membantu anak agar dapat mencapai tumbuh
kembang setingkat perkembangan yang sesuai dengan seharusnya. Kegiatan
pembinaan perkembangan ini juga dilakukan terhadap empat aspek perkembangan
anak (kemampuan gerak kasar, gerak halus, berbicara, bahasa, kecerdasan,
bergaul, dan mandiri). Ada 6 tes skrining yang digunakan (berat badan, lingkar
kepala, skrining perkembangan, perilaku anak, tes daya ingat, dan tes daya
dengar).
Salah satu alat ukur tes
skrining yang digunakan adalah kuesioner yang berupa suatu daftar pertanyaan
singkat yang ditujukan kepada orang tua dan digunakan sebagai alat untuk
melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak sampai usia 6 tahun. Cara
penggunaan KPSP, yaitu (a) Pencatat/petugas membaca KPSP dan orang tua menjawab
pertanyaan sesuai usia anak, (b) Usia anak ditetapkan menurut tahun dan bulan,
(c) setelah diisi, teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab,
hitunglah jawaban ya.
Kuesioner ini adalah sekumpulan
kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi secara
dini kelainan-kelainan perilaku anak pra-sekolah. Tes Daya Lihat dan Tes
Kesehatan Mata Anak ini adalah alat untuk memeriksa ketajaman daya ingat serta
kelainan mata pada golongan umur tersebut. Tes kesehatan mata (TKM) dilakukan
dengan memeriksa mata atas beberapa kelainan, keluhan, dan perilaku anak. Tes
Daya Dengar ini dimaksud untuk mengetahui secara dini gangguan pada daya dengar
anak.
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
Pemantauan Kesehatan Anak
Anak usia dini sering mengalami
kecelakaan ada beberapa penyebab anak mengalami kecelakaan, di antaranya (1)
anak belum tahu cara menghadapi bahaya dan cara melakukan tindakan yang
diperlukan ketika mengalami suatu kecelakaan, (2) belum bisa memperkirakan atau
membedakan tingkat ketinggian dan kerendahan dengan benar, (3) suka memasukkan
benda ke dalam mulut, (4) belum mengenali atau membedakan benda atau bahan yang
berbahaya dan yang tidak berbahaya, (5) banyak bergerak, berlari, dan melompat,
(6) keseimbangan tubuh belum sempurna seorang anak, mulai dari bayi ketika
belajar duduk, memerlukan kemampuan mengatur otot dan keseimbangan tubuhnya,
(7) suka meniru perbuatan orang lain, serta (8) rasa ingin tahu dan suka
memegang suatu benda yang terjangkau olehnya.
Ada beberapa kecelakaan yang
mungkin dapat terjadi pada anak, antara lain terjatuh, keracunan, kemasukan
benda asing, terbakar, terluka, terbentur, dan tertumbuk, terbekap, serta
tenggelam.
Pelayanan Kesehatan Anak
melalui P3K
Anak hidup dalam lingkungan
dengan berbagai benda dan alat di sekelilingnya. Anak usia TK sering kali belum
dapat bergerak dengan mantap, suka melompat, berlari, meniru, dan sering kali
memiliki rasa ingin tahu yang amat besar mengenai benda-benda yang ada di
sekelilingnya.
Banyak benda dan kondisi
lingkungan yang membahayakan anak. Oleh karena itu, anak perlu diberitahu
mengenai bahaya yang ada dan cara menjaga keselamatan dirinya, di samping
diawasi dan dijaga.
Kecelakaan yang terjadi pada
anak umumnya meliputi terjatuh, keracunan, kemasukan benda asing, terbakar,
terluka – terbentur tertumbuk, terbekap, dan tenggelam. Sekolah perlu
menyediakan kotak P3K dengan isi obat maupun peralatannya dan guru hendaknya
tahu cara menangani anak yang mengalami kecelakaan. Masing-masing kecelakaan
memiliki penyebab, gejala, akibat dan cara penanganannya. Perlu diingat bahwa
P3K adalah tindakan awal, tindak lanjutnya adalah membawa anak ke Puskesmas
atau rumah sakit. Semoga Bermanfaat.