Mencari Ridho Dan Hidayah Allah SWT dengan penuh semangat Bismillaahirrahmaanirrahiim

Jumat, 24 Mei 2013

Telinga



   Telinga manusia adalah suatu organ tubuh yang penting dan juga termasuk yang paling indah bentuknya. Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Bayangkan bila kita tidak bisa mendengar, betapa sunyinya hidup ini.

    Dunia tempat kita tinggal adalah dunia yang penuh suara/bunyi. Baik dalam keadaan terbangun atau tidur, telinga manusia tetap menjalankan tugasnya. Telinga melindungi kita dari kecelakaan, senantiasa menjadikan kita waspada dan selalu mengetahui tentang apa yang terjadi di sekeliling kita. Suatu kenikmatan dan kebahagiaan yang besar apabila kita bisa mendengarkan ucapan dari orang-orang kita kasihi. Semuanya dan masih banyak lagi hal lain yang bisa kita nikmati berkat adanya karunia pendengaran yang ajaib ini dari Allah SWT.

Bagian telinga

1. Telinga luar  :  Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
   Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.
   Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus (DM/sakit gula). Walaupun bagian daun telinga tidak begitu penting, bagian ini sering digunakan untuk memperbaiki tampilan wajah. Dalam masyarakat Barat, telinga yang terlalu besar dan terlihat tidak simetris akan memperburuk penampilan. Bedah pertama untuk mengatasi hal ini dipublikasikan pada 1881.
   Telinga juga menjadi tempat perhiasan selama ribuan tahun, terutama dengan menindik telinga. Dalam beberapa kebudayaan, perhiasan tersebut ditempatkan untuk menarik dan memperbesar daun telinga. Kebudayaan ini masih ditemukan di Indonesia, yakni pada suku Dayak di Kalimantan. 

2. Telinga tengah adalah rongga udara di belakang gendang telinga, yang meliputi, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus, landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). Ujung dari saluran Eustachius juga berada di telinga tengah.
   Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.
   Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachius dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat lepas landas. Rasa tuli disebabkan adanya perbedaan tekanan antara udara sekitar. Tekanan udara di sekitar telah turun, sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan udara daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap. Peradangan atau infeksi pada bagian telinga ini disebut sebagai Otitis Media.
   Teknik menghafal 3 macam tulang pendengaran supaya tidak terbalik,sbb : 3 tulang pendengaran adalah martil, landasan dan sanggurdi. Tekniknya adalah perhatikan huruf belakang setiap nama tulang pendengaran, dan samakan dengan huruf depan nama yang berikutnya (Marti(l), (l)anda(san), (san)ggurdi) yang penting kita tau huruf depan /kata depannya ,,, (Graciella Eunike Satriyo.Sanjose,Bali 2011) 

3.  Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
   Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea terdiri dari tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
   Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.
   Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat Indra Pengatur Keseimbangan atau organ Vestibular. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau Saluran Gelung atau semisirkular. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan Tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf Pendengaran. 

  Ada beberapa faktor penyebab menurun – bahkan hilangnya sama sekali – fungsi telinga/pendengaran. Penyebabnya bisa karena faktor dari dalam tubuh seperti sedang  menderita penyakit-penyakit degeneratif tertentu (hipertensi, diabetes), pemakaian obat-obatan atau karena faktor dari luar, akibat cara membersihkan telinga yang tidak benar misalnya.

A.Infeksi telinga
Gangguan pada telinga bisa terjadi akibat adanya infeksi pada telinga (otitis media). Infeksi terjadi karena luka pada kulit atau gendang telinga, kulit gatal mirip eksim atau sampai bernanah . Hal ini biasa terjadi pada anak balita karena ketidak hati-hatian dalam membersihkan telinga mereka. Berbeda dengan telinga orang dewasa, liang telinga anak-anak lebih dangkal hingga pengorekan yang terlalu dalam menimbulkan iritasi bahkan luka pada telinga.
Yang perlu diperhatian, bila Anda membersihkan telinga dengan coton bud jangan sampai keliang telinga, sebagian besar kotoran malah akan terdorong masuk lebih dalam  yang kemudian menumpuk dan membatu. Disinilah seseorang akan mendapat masalah karena bagian dalam telinga terasa gatal, iritasi dan akhirnya infeksi.
Kalau diketahui ada kotoran yang telah mengeras di dekat gendang telinga, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter ahli THT. Biasanya dokter akan memberikan obat tetes telinga (karbol glieserin 10%) untuk memecahkan kotoran tersebut.  Infeksi yang barang kali timbul lantaran iritasi kotoran itu diatasi dengan pemberian obat antibiotik.

B.Pilek dan gangguan telinga
Penyakit pilek pun ada kalanya menganggu telinga karena lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung (tuba eustachius) mengalami peradangan atau mampat. Bila Anda merencanakan naik pesawat udara atau berenang pada saat menderita pilek berat, sebaiknya terlebih dahulu kedokter untuk mendapatkan obat tetes atau yang dapat menggulangi peradangan tersebut.
Para penyelam dianjurkan tidak menyelam saat menderita pilek, sebab tekanan air yang sangat besar sangat membutuhkan kelonggaran keluar masuknya udara melalui tuba. Kalau tuba eustachius-nya sedang mengalami peradangan udara akan terhalang dan bisa mengakibatkan pecahnya gendang telinga. Atau paling tidak, kita mendapat serangan sakit telinga atau vertigo karena udara terkurung di dalam.
Gangguan lain pada telinga bisa juga akibat masuknya benda asing kedalam saluran pendengaran. Anak kecil banyak yang suka memasukkan biji-bijian kedalam telinga. Benda keras ini berbahaya kalau tidak segera diambil, sebab dapat mendesak gendang telinga atau bergesernya kedudukan tulang pendengaran.

C.Trauma polusi udara
Manusia normal mampu mendengar suara berfrekuensi 20-20.000 Hz (satuan suara berdasarkan perhitungan jumlah getaran sumber bunyi perdetik) dengan intesitas atau tingkat kekerasan di bawah 80 desibel (dB). Bunyi diatas itu kalau terus menerus dan dipaksakan bisa merusak pendengaran, karena bisa mematikan fungsi sel-sel sistem pendengaran.
Gejala awal adanya gangguan pendengaran karena polusi udara ini sering kali tidak dirasakan kecuali telinga berdengung, kemudian dikuti oleh menurunnya pendengaran. Trauma suara ini banyak dialami oleh pekerja pabrik. Kebisingan pabrik aman selama masih dibawah 80 dB. Namun kalau naik 3 dB saja, seseorang sebaiknya beristirahat sejenak setalah bekerja empat jam. Atau bila perlu mengenakan pentup telinga.
Kebisingan suara di jalan yang setiap hari didengar oleh para sopir bus pun bisa berdampak negatif terhadap pendengaran sang sopir.

D.Tekanan darah tinggi
Para penderita penyakit darah tinggi, dimana sel-sel pembuluh darah sekitar telinga ikut tegang dan mengeras, juga harus selalu memperhatikan kesehatan telinga. Sebab berkurangnya oksigen yang masuk lebih memudahkan sel-sel pendengaran mati. Bila penderita merasakan telinganya sering berdengung, segeralah ke dokter sebelum terlambat.
Pada orang lanjut usia, gangguan pendengaran biasanya disebabkan oleh fungsi organ pendengaran yang menurun (presbiakusis). Kemunduran pendengaran pada para manula ini lebih banyak dipengaruhi oleh penyakit degeratif yang didapatnya seperti tekanan darah tinggi, diabates, gangguan kardiovaskuler, atau obat-obatan tertentu. Yang diminum secara rutin seperti pil kina untuk penyakit malaria, streptomisin, dll.

   Gangguan organ telinga memang  bisa bermacam-macam, disamping yang disebutkan diatas, bisa juga karena faktor keturunan, gangguan gizi, trauma kepala, bisul, jamur, tumor dan lain-lain. Namun dengan gizi yang baik, pemakaian kapas pembersih telinga yang tidak berlebihan, pemeriksaan telinga secara rutin paling tidak setiap ½-1 tahun sekali oleh ahli THT, niscaya kesehatan telinga tetap terpelihara. Semoga bermanfaat :)